(foto: Noel) |
(ini tulisan lama) Akhir-akhir ini – menurutku – udara terasa panas. Sumuk.
Gerah. Bukan lagi hangat menenteramkan, tetapi lebih ke pengap-panas-kemrungsung. Siapa bilang “zamrud khatulistiwa”
itu masih sejuk panjang sabar? Kini hanya ada bongkahan tanah liat panas yang
terpapar musim pancaroba sepanjang tahun.
Seakan-akan ada gumpalan panas udara masif yang enggan
beranjak dari atas kota ini. Sepertinya
udara yang melayang-layang di sana begitu malas untuk pergi jauh ke ujung bumi.
Kemudian hawa sumpek itu berlipat ganda ditambah setiap keluhan, dikalikan
umpatan, dikuadratkan tatapan putus asa “bagaimana-cara-mendinginkan-diri”,
lalu semuanya itu bertumpuk-tumpuk di depan pintu kamar kita. Sumpek-sumpek ini
juga saling berpanjatan, bergulingan, menyatu, jalin-menjalin,berkelindan,
menjadi adonan kental yang rasanya tidak enak. Huek.