Sedang mencoba menyadari dan mencari informasi bahwa kebanyakan yang menjadi kaya dalam sebuah sistem jual beli adalah sang perantara ato dalam tulisan ini saya tulis sebagai sang makelar.
Di tingkat kecil yang terdekat sang makelar di desa bapak ibuku yang menjadi kaya di desa tersebut adalah Sabran sang makelar yang menjadi pengepul (pul : tempat mengumpulkan atau memusatkan sesuatu) gabah hasil panenan warga di desa tersebut. Sabran kaya, Sabran yang sudah berumur setengah abad seakan sudah memenuhi kekayaannya dua kali lipat dikuadratkan dari umurnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Itu mungkin, karena Sabran sang makelar juga pengepul. Entah dikerucutkan menjadi teori apa ketika petani-petani padi yang memanen padinya dan menjual ke Sabran tidak bisa menentukan harga kiloan gabah padinya ke Sabran. Sabran tinggal bilang ke petani kalau harga gabah kering sekarang sedang turun sehingga Sabran hanya berani membeli gabah tersebut secara kiloan dibawah harga produksi (produksi: proses mengeluarkan hasil) gabah padinya. Dalam menentukan harga produksi petani pun tak jarang meleset dan masih diinjak-injak seperti keset. Investasi petani dalam usaha-usaha yang dilakukannya seakan menjadi ajang perjudian.
Berbeda dengan sang makelar yang juga pengepul. Dia bebas menentukan harga, bahkan bisa menambahkan biaya penitipan barang di pul miliknya. Sang makelar yang juga pengepul itu tetap bisa menentukan harga saat menjual ke pembeli di kota yang bisa saja makelar berikutnya. Beruntungnya, makelar berikutnya tadi masih bisa juga menentukan harga. Kemudian muncul aneh lagi, sebagai konsumen (konsumen: pemakai barang hasil produksi) saya tidak bisa menentukan harga untuk membeli barang tersebut? Anehnya lagi saya itu ngga menjualnya lagi lho, jadi saya kan tidak bermaksud untuk mengkomersilkan barang yang saya beli. Hmmmmmm mungkin karena saya mementingkan barang yang saya beli untuk diri saya sendiri?
Tak berhenti di tingkat individu. Dalam negaraku juga gitu kog. Semaju-majunya negeri yang saat ini saya tercatat sebagai warganya tetap menjadi produsen (produsen: penghasil barang) mentah. Produsen gabah yang belum siap dimasak menjadi nasi yang kalah oleh makelar juga pengepul.
Segini dulu, kelak nyambung lagi. Semoga
No comments:
Post a Comment