Monday, October 27, 2014

Celana Jeansku Lengket

Akhirnya celana jeansku lengket.

Dari hari Jumat pagi aku memakainya. Kuambil dia dari lemari plastik merk asli Indonesia yang disarankan untuk kucintai dari bapak-bapak berkacamata di iklan televisi.


Kembali ke celana jeansku yang lengket. Setelah kuambil dari lemari plastik itu,kukenakan ia, selesainya aku mandi pagi dengan  air "kolah" yang mulai kotor karena PDAM kemungkinan lupa mengontrol kebersihan sistem pengolahan airnya.

Celana jeansku kupakai kerja bermitra baju batik berbackground warna hitam dengan motif yang diadopsi dari bentuk tumbuhan,aku lebih suka motif batik yang diadopsi dari bentuk tumbuhan daripada hewan karena bentuk hewan menakutkan menakutkan jika diadopsi dalam batik. Berbeda dengan baju batik tadi, jeansku tetap kukenakan sepulang kerja. Sepulang kerja yang kusempatkan untuk mandi di kontrakan yang  air "kolah"nya mulai kotor karena PDAM kemungkinan lupa mengontrol kebersihan sistem pengolahan airnya.

Tetap kukenakan jeansku untuk berangkat ke kepulangan berikutnya, kepulangan ke rumahku tumbuh. Rumah dimana kutumbuhi sejak aku masuk dalam peristiwa belajar formal mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga aku menjadi mahasiswa yang tak pernah kurasakan nilai "maha"nya karena aku masih merasa disuapi dan dikendalikan untuk belajar apa dan mengapa berdasarkan program yang dibuat oleh instansi (aku merasa bisa menjadi "maha"siswa setelah mendapat kerja dan belajar sendiri karena aku merasa ingin tahu tema atau bidang yang kusuka atau membuatku penasaran tentang tema atau bidang yang tak kumengerti).

Tentang celana jeansku tadi aku masih memakainya. Aku memakainya diproses kepulanganku selanjutnya tadi. Celana jeansku merasakan teknologi sarana transportasi massal buatan Jepang yang sudah "dilungsurkan" ke negaraku ini. Aku tahu karena ada sisa-sisa motif tulisan Jepang dipojok-pojok yang semestinya kumengerti artinya karena aku yakin ada informasi penting kenapa motif tulisan itu dituliskan disitu. (Saat naik sarana transportasi hasil teknologi Jepang ini aku selalu memejamkan mata dan aku membayangkan menelusuri Jepang,pernah suatu ketika benar-benar kurasakan begitu nyata saat ada 2 orang Jepang yang dipandu oleh 1 orang Indonesia berdiskusi. Aku tahu karena kakakku pernah bicara bahasa Jepang tiap malam saat jaman aku Sekolah Dasar. Kakakku berbicara bahasa Jepang dengan tape rakitan teman ayahku yang diletakkan di ruang tamu rumah yang ingin kupulangi tadi).

Berlanjut,kepulanganku berlanjut "diselani" sarana transportasi beroda dua hasil teknologi Jepang lagi. Dan kembali aku menaiki sarana transportasi yang sekarang ini aku tidak yakin ini hasil teknologi Jepang atau buatan negeriku sendiri yang diadopsinya lewat ilmu-ilmu teknik dari Jepang, Amerika atau bagian Eropa. Tapi aku tidak peduli karena aku tidak penasaran, yang kutahu aku masih memakai celana jeansku.

Celana jeansku belum lengket saat itu. Dia menempel pada bangku berwarna hijau membungkus lapisan busa tipis sekedar melunakkan bangku dalam kerangka besi yang di"chrome" agar awet tak berkarat. Duduk di bangku dalam durasi kurang lebih 8 jam perjalanan belum membuat celana jeansku lengket. 8 jam yang membuatku menggenapi kata pulangku yang berikutnya tadi.

Tiba dalam batas kepulanganku yang berikutnya tadi aku akhirnya sampai ke rumah. Aku mandi lagi yang membuat celana jeansku otomatis istirahat sejenak. Celana jeansku kugantung di gantungan kawat yang melekat pada kayu. Gantungan kayu dengan cuatan kawat yang melekat pada ruang kamar

Celana jeansku belum merasakan udara lingkungan kepulanganku berikutnya (yang saat ini menjadi sebuah kepulangan yang benar-benar melekat karena hubungan emosi tempat yang kutumbuhi). Celana jeansku merasakan udara lingkungan kepulanganku ketika siang telah terik, ketika aku berkendara sarana transportasi teknologi Jepang yang dirakit perusahaan terbesar di Indonesia dimana salah satu kawanku ingin sekali menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

Ah celana jeansku belum terasa lengket. Setelah berkeliling di lingkungan kepulanganku.

Tak terasa sehari semalam berlalu dan aku harus bergerak dari proses kepulangan ke kepulangan berikutnya. Kepulangan hasil dari kepulangan sebelumnya. Tapi celana jeansku belum juga terasa lengket.

Kembali, kembali aku menaiki sarana transportasi yang sekarang ini aku tidak yakin ini hasil teknologi Jepang atau buatan negeriku sendiri yang diadopsinya lewat ilmu-ilmu teknik dari Jepang, Amerika atau bagian Eropa yang aku masih belum penasaran dan peduli untuk tahu. Duduk di bangku dalam durasi kurang lebih 8 jam perjalanan. 8 jam yang membuatku beralih dari kepulangan berikutnya ke kepulangan yang menjadi konsekuensi.

Akhirnya celana jeansku lengket. Celana jeansku lengket kurasakan ketika aku keluar dari proses perjalanan 8 jam. Celana jeansku lengket kurasakan saat aku duduk dalam menunggu sarana transportasi yang mudah-mudahan hasil teknologi Jepang yang kunaiki dalam proses menuju kepulangan berikutnya kemarin sebelum melewati proses 2 kali kurang lebih 8 jam perjalanan.

Celana jeansku terasa lengket. Terasa lengket dan mulai gatal namun kuputuskan untuk belum kugaruk. Lengket yang kuputuskan untuk kupererat dengan duduk menunggu. Menunggu teknologi sarana transportasi massal buatan Jepang yang sudah "dilungsurkan" ke negaraku. Aku akan tetap nyaman menaiki teknologi sarana transportasi massal buatan Jepang yang sudah "dilungsurkan" ke negaraku ini walau celana jeansku telah lengket. "Lungsuran" yang membuatku tetap nyaman untuk menunggunya, "lungsuran" yang masih nyaman sesuai dengan kriteria kenyamananku. Seperti celana jeansku yang sudah lengket adalah hasil dari "lungsuran" kakakku. Tapi kakakku bukan hasil teknologi Jepang.

Akhirnya celana jeansku lengket. Y

No comments:

Post a Comment