Thursday, December 11, 2014

Produsen - MAKELAR juga Pengepul - Konsumen

Sedang mencoba menyadari dan mencari informasi bahwa kebanyakan yang menjadi kaya dalam sebuah sistem jual beli adalah sang perantara ato dalam tulisan ini saya tulis sebagai sang makelar.

Di tingkat kecil yang terdekat sang makelar di desa bapak ibuku yang menjadi kaya di desa tersebut adalah Sabran sang makelar yang menjadi pengepul (pul : tempat mengumpulkan atau memusatkan sesuatu) gabah hasil panenan warga di desa tersebut. Sabran kaya, Sabran yang sudah berumur setengah abad seakan sudah memenuhi kekayaannya dua kali lipat dikuadratkan dari umurnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Itu mungkin, karena Sabran sang makelar juga pengepul. Entah dikerucutkan menjadi teori apa ketika petani-petani padi yang memanen padinya dan menjual ke Sabran tidak bisa menentukan harga kiloan gabah padinya ke Sabran. Sabran tinggal bilang ke petani kalau harga gabah kering sekarang sedang turun sehingga Sabran hanya berani membeli gabah tersebut secara kiloan dibawah harga produksi (produksi: proses mengeluarkan hasil) gabah padinya. Dalam menentukan harga produksi petani pun tak jarang meleset dan masih diinjak-injak seperti keset. Investasi petani dalam usaha-usaha yang dilakukannya seakan menjadi ajang perjudian.

Berbeda dengan sang makelar yang juga pengepul. Dia bebas menentukan harga, bahkan bisa menambahkan biaya penitipan barang di pul miliknya. Sang makelar yang juga pengepul itu tetap bisa menentukan harga saat menjual ke pembeli di kota yang bisa saja makelar berikutnya. Beruntungnya, makelar berikutnya tadi masih bisa juga menentukan harga. Kemudian muncul aneh lagi, sebagai konsumen (konsumen: pemakai barang hasil produksi) saya tidak bisa menentukan harga untuk membeli barang tersebut? Anehnya lagi saya itu ngga menjualnya lagi lho, jadi saya kan tidak bermaksud untuk mengkomersilkan barang yang saya beli. Hmmmmmm mungkin karena saya mementingkan barang yang saya beli untuk diri saya sendiri?

Tak berhenti di tingkat individu. Dalam negaraku juga gitu kog. Semaju-majunya negeri yang saat ini saya tercatat sebagai warganya tetap menjadi produsen (produsen: penghasil barang) mentah. Produsen gabah yang belum siap dimasak menjadi nasi yang kalah oleh makelar juga pengepul.


Segini dulu, kelak nyambung lagi. Semoga





Monday, October 27, 2014

Celana Jeansku Lengket

Akhirnya celana jeansku lengket.

Dari hari Jumat pagi aku memakainya. Kuambil dia dari lemari plastik merk asli Indonesia yang disarankan untuk kucintai dari bapak-bapak berkacamata di iklan televisi.


Tuesday, May 20, 2014

Si Darpan

(foto: Noel)

(ini tulisan lama) Akhir-akhir ini – menurutku – udara terasa panas. Sumuk. Gerah. Bukan lagi hangat menenteramkan, tetapi lebih ke pengap-panas-kemrungsung. Siapa bilang “zamrud khatulistiwa” itu masih sejuk panjang sabar? Kini hanya ada bongkahan tanah liat panas yang terpapar musim pancaroba sepanjang tahun. 

Seakan-akan ada gumpalan panas udara masif yang enggan beranjak dari atas kota ini.  Sepertinya udara yang melayang-layang di sana begitu malas untuk pergi jauh ke ujung bumi. Kemudian hawa sumpek itu berlipat ganda ditambah setiap keluhan, dikalikan umpatan, dikuadratkan tatapan putus asa “bagaimana-cara-mendinginkan-diri”, lalu semuanya itu bertumpuk-tumpuk di depan pintu kamar kita. Sumpek-sumpek ini juga saling berpanjatan, bergulingan, menyatu, jalin-menjalin,berkelindan, menjadi adonan kental yang rasanya tidak enak. Huek.

Thursday, May 8, 2014

Judulnya Tentang menyampaikan SALAM



Menyampaikan Salam




"...Selamat siang Kerabat,
Selamat Siang Masyarakat,
Selamat Siang Khalayak ramai..."

Monday, February 24, 2014

terlambat "pamit untuk pergi"*

gambar tidak ada hubungannya dengan tulisan. sumber gambar: http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/pandawa241.jpg