Monday, February 24, 2014

terlambat "pamit untuk pergi"*

gambar tidak ada hubungannya dengan tulisan. sumber gambar: http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/pandawa241.jpg


Pernah tidak kalian terlambat untuk pamit? Pamit untuk pergi . Kedua kata itu sering berdampingan. Pamit diartikan “permisi akan pergi” entah itu berangkat ataukah dari sudut pandang lain kita akan pulang. Ah di dunia ini pada akhirnya selalu ada 2 sudut pandang ekstrim yang selalu netral jika dipandang dari sudut pandang yang berbeda itu. Eh kembali ke yang sudah pamit, yaitu pergi. Pergi diartikan bergerak maju, melangkah. Dua kata tersebut berdampingan dan memiliki arti yang membuat perubahan. Perubahan fisik dan psikologis, baik yang melakukan ataupun yang dipamiti untuk pergi. Namun dari perubahan yang terjadi dari akibat yang ditimbulkan dua kata tersebut kadang haru menjadi perubahan yang ingin kuhindari, kuhindari karena terkadang aku susah untuk menghadapi, menghadapi pada saat titik momentum “pamit untuk pergi” itu terjadi. Padahal dalam definisi arti yang kupahami kedua kata “pamit untuk pergi”  begitu positif bagiku. Namun saat berhadapan langsung dalam peristiwa “pamit untuk pergi”, definisi arti yang begitu positif tadi tertutup oleh sebuah tindakan yang berbalut kata haru, dengan konsekuensi fisik yang sering dipandang lemah oleh definisi haru. Yah terkadang itulah yang membuatku malas dan terlambat untuk pamit, pamit untuk pergi.


Oleh sebab itu saya berani pamit untuk pergi disini, karena saya dapat menutupi konsekuensi fisik dan dipandang lemah oleh definisi haru. Dan sepertinya membalik pertanyaan di awal paragraf tulisan ini, rupanya saya yang terlambat untuk pamit. Pamit untuk pergi dan datang ke sebuah proses pamit untuk pergi. Semoga tidak terlambat lagi dan menghadapi haru dengan kesadaran fisik untuk membalik definisi haru menjadi perayaan haru yang hangat.   

*pakai huruf kecil agar auranya bukan hal yang besar dan maknanya gak semelankolis dan mendalam haru.

No comments:

Post a Comment